Di Kota Solo, Pasar Gede merupakan salah satu pasar paling penting. Pasar ini merupakan pasar tradisional terbesar sekaligus paling terkenal di Kota Bengawan. Lokasinya pun sangat strategis. Hanya beberapa langkah dari kantor Balai Kota.

Pasar Gede dikenal sebagai lokasi Pecinan di Solo. Mayoritas pedagang di pasar ini adalah warga keturunan Tionghoa. Meskipun tak sedikit pula masyarakat non-Tionghoa yang punya kios di Pasar Gede. Sebuah klenteng kecil akan kita jumpai di sebrang jalan samping bangunan pasar.

Kawasan Pasar Gede akan sangat ramai menjelang Imlek. Beberapa hari menjelang perayaan Imlek, kawasan ini akan berubah wujud menjadi wisata malam musiman. Pengunjung akan berdatangan untuk melihat keindahan instalasi lampion yang dipasang di sepanjang jalan di kawasan Pasar Gede. Lampion-lampion tersebut akan menyala dengan cantiknya pada malam hari.

Pasar Gede sudah lebih modern. Sebuah papan digital mirip videotron terpampang di dekat pintu masuk pasar. Papan ini biasanya digunakan untuk menampilkan informasi harga-harga kebutuhan pokok sehingga kita yang awam pun akan sedikit-sedikit tahu soal harga sembako.

pasar-gede

A friend of mine

Jika dihitung, mungkin sudah lebih dari seratus kali saya lewat depan Pasar Gede, tanpa pernah sekalipun kepikiran untuk masuk. Sampai akhirnya, di suatu siang yang cukup panas, seorang teman mengajak untuk minum es Dawet Telasih Du Bermi. Lokasi es dawet ini berada di dalam Pasar Gede, agak mojok di belakang. Sejak saat itulah saya telah resmi menjadi salah satu pengunjung pasar tradisional ini.

Dawet Telasih Bu Dermi ini cukup terkenal. Ketika saya berkunjung, ada seorang pembeli yang berseloroh “belum ke Solo kalau belum ke sini”. Di beberapa artikel tentang kuliner Solo, Dawet Telasih Bu Dermi memang sering disebut sebagai salah satu rekomendasi.

Dawet Telasih Bu Dermi

Dawet Telasih Bu Dermi

Warung Dawet Telasih Bu Dermi ini sebenarnya sangat kecil. Hanya punya satu buah dingklik panjang yang paling-paling hanya muat diduduki empat orang. Para pengunjung lebih banyak yang menikmati es dawet (juga gempol pleret) sambil berdiri. Setelah saya perhatikan sekitar, Dawet Telasih Bu Dermi ini ternyata bukan satu-satunya warung dawet telasih di Pasar Gede. Ada beberapa pedagang yang juga menjual dagangan yang sama. “Faktor x” mungkin membuat Dawet Telasih Bu Dermi lebih terkenal dibandingkan yang lain.

Di Pasar Gede sendiri ternyata cukup banyak para pedagang yang menjual berbagai makanan dan jajanan tradisional. Setelah melewati los buah yang berada di dekat pintu masuk, kita akan menjumpai kios-kios yang menjual aneka jajanan seperti intip, keripik melinjo, keripik usus, serta berbagai jajanan tradisional lain yang sulit saya sebutkan. Apa yang bisa kita dapatkan di toko oleh-oleh hampir pasti dapat kita temukan di Pasar Gede. Lebih lengkap, malah.

Brambang Asem. Salah satu jajanan di di Pasar Gede.

Brambang Asem. Salah satu jajanan di di Pasar Gede.

Di salah satu sudut los saya juga melihat pedagang yang menjual Brambang Asem dan Cabuk Rambak. Beberapa hari setelah kunjungan pertama ke Dawet Telasih Bu Dermi, saya menyempatkan mampir ke sini. Saya cukup kaget ketika mendapati sambal pecel yang ternyata juga bisa dijual sebagai oleh-oleh.

Well, mungkin masih banyak yang belum tahu kalau Pasar Gede sejatinya juga merupakan tempat yang cukup menarik untuk hunting kuliner. Itulah sebabnya saya memberikan tanda petik untuk kata “baru” pada judul artikel ini. Karna Pasar Gede tentu bukanlah tempat yang baru. Namun, belum banyak yang tahu kalau di sini juga banyak kuliner enak. Tak hanya sembako.