Sabtu kemaren (23 Mei 2015) saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh anak-anak Fisip UNDIP di Aula Diklat Sumbing Dinas Pendidikan dan Pelatihan Jateng di Semarang. Seminar itu membahas tentang peran travel journalism terhadap perkembangan pariwisata di Indonesia

Saya tertarik untuk mengikuti seminar itu karna akan diisi oleh orang-orang keren di bidang ini. Antara lain dari kementrian pariwisata yang diwakili oleh Pak Taswir selaku direktur promosi dalam negeri, Mas Fitraya dari DetikTravel serta Mas Syukron dari Taveller Kaskus.

Semua materi yang disampaikan oleh ketiga orang hebat tersebut benar-benar menambah wawasan saya tentang dunia pariwisata di Indonesia sekaligus juga semakin meyakinkan saya bahwa masih banyak hal serta tempat yang bisa dieksplore di negeri ini. Terutama sekali saya cukup salut dengan cerita Mas Syukron tentang pengalamannya menjadi volunter di Sinabung serta cerita beliau tentang kehidupan masyarakat di sekitar danau Tamblingan di Bali

Secara keseluruhan, seminar kemaren cukup bagus. Dan juga terima kasih kepada Soul of The Rain yang telah membawakan lagu-lagu daerah dengan sangat keren *acungin jempol*

Selesai acara, sekitar jam 3 sore, saya memutuskan untuk mampir ke Masjid Agung Jawa Tengah. Saya kesana sendirian karna teman yang kebetulan tinggal di Semarang tidak merespons ketika saya hubungi. Tadinya saya mau mengajak seorang peserta (cewek) yang kebetulan selama seminar duduk di samping saya. Tapi saya urungkan niat itu karna alasan klasik: Nggak berani bilang wkwkwk

Kembali ke laptop

Sudah lama saya kepengen melihat keindahan arsitektur Masjid Agung Jateng (MAJT) ini dari dekat. Selama ini saya hanya melihat keindahan arsitektur masjid megah ini dari foto-foto yang beredar di internet

Walau banyak yang bilang bahwa foto di internet bisa menipu, saya termasuk orang yang kurang setuju pada justifikasi tersebut (foto tempat lho ya, bukan orang). Buktinya, ketika saya datang kesana, pemandangan dan suasananya memang keren banget. Kemegahan bangunan masjid langsung terlihat ketika saya memasuki pelataran masjid

masjid agung jateng 3

Setibanya di pelataran masjid saya tak mau menunggu lama. Langsung saja saya ambil beberapa foto di pelataran masjid dari berbagai angle. Objek yang paling menarik untuk difoto tentu saja adalah bangunan mirip colosseum yang fotonya juga sering saya lihat di internet. Bangunan itu memang menjadi salah satu daya tarik di Masjid Agung Jateng

Selesai mengambil beberapa foto dan duduk sejenak untuk mengagumi keindahan arsitektur buatan manusia ini, saya langsung menuju ke dalam masjid untuk sholat asar. Di dalam masjid saya mendapati sebuah Al Quran raksasa yang memiliki dimensi 145×95 cm. Dalam keterangannya, Al Quran ini ditulis oleh Drs Hayat dari Universitas Sains Al Quran Wonosobo. Al Quran ini ditulis selama 2 tahun 3 bulan.

Sekali lagi saya merasa takjub. Bahwa ternyata benda-benda serta bangunan religi juga punya nilai seni yang sangat tinggi

Setelah selesai sholat dan melihat-lihat sekali lagi kemegahan arsitektur masjid yang artistik, saya langsung menuju ke menara masjid. Di Masjid Agung jateng ini memang ada sebuah menara setinggi 99 meter yang memiliki fungsi macam-macam. Di lantai 2 misalnya, ada sebuah museum tentang perjalanan islam di Pulau Jawa

quran masjid agung

Menara ini sendiri terdiri atas 19 lantai dimana lantai paling atas bisa digunakan untuk melihat pemandangan kota Semarang dari ketinggian. Pelabuhan Tanjung Emas bahkan juga bisa dilihat dari sini. Sebenarnya ada 3 buah teropong yang bisa digunakan pengunjung untuk melihat sudut lain kota Semarang lebih dekat. Sayangnya, ketiga teropong tersebut sudah tidak berfungsi karna rusak. Entah apa penyebabnya. Tapi saya curiga bahwa ketiga teropong tersebut rusak akibat ulah para pengunjung. Ya memang beginilah salah satu kebiasaan buruk kita. Susah bener diajak menjaga fasilitas tempat wisata :/

Menara yang ada di Masjid Agung ini dinamakan Menara Al Husna. Tingginya 99 meter yang menyimbolkan jumlah nama wajib bagi Allah alias Asmaul Husna

Sebelum naik ke lantai paling atas tadinya saya mau mampir dulu ke lantai 2 untuk melihat-lihat benda koleksi museum. Sayangnya, sore itu banyak sekali pengunjung yang datang ke Masjid Agung Jateng. Ketika saya mengantri di lift untuk naik ke menara, tidak satupun dari daftar antrian yang memiliki niat yang sama dengan saya. Semua kepengen langsung ke lantai paling atas sehingga petugas lift langsung mengarahkan pengunjung ke lantai 19. Saya cukup kecewa. Tapi saya tak boleh bersikap egois. Lagipula, sajian pemandangan diatas ketinggian menara ini sudah cukup untuk mengobati rasa kecewa saya

masjid agung jareng 2

Menikmati pemandangan kota Semarang dari ketinggian menara ini sangat aman untuk semua umur. Bahkan anak-anak sekalipun. Di sekeliling menara telah dibatasi oleh pagar sehingga aman untuk siapa saja. Termasuk yang fobia ketinggian

Sekitar setengah jam saya berada di atas menara untuk menikmati pemangan kota Semarang sambil mengambil beberapa foto. Gedung-gedung hotel, rumah penduduk, serta kapal yang sedang berlabuh di dermaga terlihat mungil bagai miniatur. Sementara sebuah layang-layang yang sedang terbang memenuhi kehendak sang tuan tampak gontai diterpa angin sore yang terasa lebih kencang di atas menara

Hari semakin sore menjelang senja. Saya memutuskan untuk menyudahi kunjungan ke Masjid Agung Karna takut kemalaman sampai Solo. Satu kata terakhir untuk Masjid Agung Jateng: Subhanallah