Gunung Merapi adalah gunung yang sangat legendaris. Di balik diamnya, gunung ini menceritakan banyak sekali mitos dan misteri. Bagi para pendaki, mendaki gunung ini sama artinya dengan memasuki dunia yang penuh misteri itu.

Untuk ukuran gunung sebagai sebuah objek pendakian, Gunung Merapi sebenarnya tidak terlalu tinggi. Tinggi gunung ini bahkan tidak genap 3.000 mdpl. Jalur pendakiannya pun juga tidak terlalu panjang meskipun memang cukup curam.

Namun, ada beberapa hal yang membuat beberapa pendaki berpikir dua kali untuk mendaki gunung yang berada di ujung utara Jogja ini. Selain karna masih sangat aktif, keberadaan mitos dan misteri yang menyebar dari mulut ke mulut sejak jaman dulu terkadang membuat mereka yang ingin mendaki gunung ini mengurungkan niat.

Faktanya, Gunung Merapi tak pernah sepi dari aktivitas pendakian. Sehoror dan semistis apapun cerita terkait gunung ini, tak ada yang benar-benar bisa menghalangi para pendaki. Terkait Gunung Merapi, ada beberapa hal yang barangkali belum kamu ketahui.

 

1. Merupakan salah satu gunung paling aktif di indonesia

Hal inilah yang menjadi pertimbangan utama beberapa pendaki yang enggan mendaki Gunung Merapi. Gunung ini merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia yang aktivitasnya bisa naik sewaktu-waktu. Gunung ini terakhir kali erupsi pada tahun 2010 yang turut menewaskan Mbah Maridjan, sang juru kunci.

Gunung ini memiliki siklus letusan sekitar sekitar 5 tahun. Sebelum meletus tahun 2010, gunung ini juga pernah meletus pada tahun 1998, 2001 – 2003 serta 2006.

2. Pemandangannya biasa saja. Tapi…

pasar bubrah

Pasar Bubrah

To be honest, pemandangan alam yang dimiliki Gunung Merapi sebenarnya tidak terlalu istimewa. Sejak melangkahkan kaki dari New Selo (titik awal pendakian), kita hanya akan disuguhi pemandangan perkebunan penduduk setempat yang sebenarnya sudah jamak kita temui di bawah. Gunung ini tak punya pemandangan padang rumput yang cantik seperti tentangganya, Merbabu. Bunga edelweis? Sama sekali tidak ada.

Setelah melewati area vegetasi, kita akan disambut oleh batu-batu di sepanjang jalur pendakian yang notabene merupakan material vulkanik. Namun, ada satu spot menarik yang tidak dimiliki oleh gunung-gunung lain yakni sebuah tanah lapang yang dipenuhi oleh batu-batu vulkanik dengan berbagai ukuran. Tempat ini dikenal dengan nama Pasar Bubrah. Lokasi tempat ini persis berada di bawah puncak dan sekaligus menjadi lokasi favorite para pendaki untuk mendirikan tenda.

 

3. Penuh misteri

Yang menjadi pertimbangan lain kenapa ada beberapa pendaki yang tidak mau mendaki Gunung Merapi adalah banyaknya cerita mistis terkait gunung tersebut. Beberapa tempat di gunung ini memang dipercaya sebagai “sarangnya” makhluk dari dunia lain. Pasar Bubrah, misalnya. Tempat ini dipercaya sebagai pasarnya makhluk halus penghuni Gunung Merapi. Beberapa pendaki pernah mengalami kejadian yang kurang menyenangkan di tempat ini.

Sejatinya, cerita-cerita semacam itu adalah hal yang tidak terlalu mengherankan. Hampir setiap gunung di Indonesia punya cerita mistisnya masing-masing. Namun entah kenapa, cerita yang berasal dari Gunung Merapi selalu terdengar berbeda.

 

4. Mendaki sampai ke puncak adalah ilegal

mendaki merapi

Otoritas terkait di Gunung Merapi sebenarnya sudah menetapkan batas akhir pendakian yakni hanya sampai Pasar Bubrah saja. Ada banyak pertimbangan kenapa aturan ini diberlakukan yang pada intinya adalah demi keselamatan pendaki itu sendiri. Namun, sebagian besar pendaki tetap menjadikan puncak sebagai tujuan utama dengan berbagai alasan.

Meski sudah berlaku sejak lama, aturan pendakian yang hanya sampai Pasar Bubrah ini seolah baru diketahui banyak orang ketika terjadi musibah yang menimpa pendaki asal Jogja tahun 2015 lalu. Pendaki tersebut terpeleset saat berusaha mendaki sebuah batu di puncak yang lokasinya persis berada di bibir kawah.

5. Selalu punya juru kunci

Gunung Merapi punya peranan tersendiri bagi Kraton Jogja. Sakingnya pentingnya gunung ini, pihak kraton selalu menempatkan seorang juru kunci untuk menjaga Gunung Merapi. Juru kunci Gunung Merapi adalah seorang abdi dalem yang ditunjuk oleh sultan. Saat ini, juru kunci Gunung Merapi adalah Mas Asih. Ia adalah putra dari Mbah Maridjan, juru kunci sebelumnya yang tewas saat erupsi tahun 2010.

 

6. Puncak Garuda hanya tinggal kenangan

Sebelum erupsi besar tahun 2010, Gunung Merapi sangat terkenal dengan Puncak Garuda nya. Puncak Garuda ini berbentuk sebuah batu yang bentuknya mirip burung garuda. Namun, erupsi yang terjadi tahun 2010 membuat Puncak Garuda turut hilang dan hanya menyisakan kenangan.

Saat ini, ada sebuah batu yang menjulang di bibir kawah yang bagi sebagian orang mungkin dikira Puncak Garuda, padahal bukan. Batu tersebut lebih dikenal dengan Puncak Tusuk Gigi. Di batu itulah pendaki asal Jogja terpeleset pada tahun 2015 lalu.

 

7. Bertetangga dengan Merbabu

Gunung Merapi adalah tetangga dekat dari Gunung Merbabu. Saat mendaki Gunung Merbabu (via Selo), kita akan ditemani oleh pemandangan Gunung Merapi di sepanjang perjalanan. Begitupun sebaliknya, saat mendaki Gunung Merapi kita akan ditemani oleh pemandangan Gunung Merbabu. Kedua gunung ini sama-sama bisa didaki melalui jalur Selo yang merupakan jalur paling umum untuk mendaki dua gunung tersebut.

 

8. Tidak ada sumber air di jalur pendakian

Seperti biasa, sebelum mendaki gunung kita harus melakukan persiapan yang matang. Termasuk hal logistik. Di sepanjang jalur pendakian kita tidak akan menemukan sumber air sama sekali sehingga kita wajib memperhitungkan kebutuhan air selama pendakian.

 

9. Hubungan antara Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Parangkusumo

Pemandangan sunrise di Gunung Merapi dari Pasar Bubrah

Pemandangan sunrise di Gunung Merapi dari Pasar Bubrah

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih Gunung Merapi dianggap penting oleh Kraton Jogja sampai-sampa pihak kraton selalu menempatkan seorang juru kunci.

Barangkali kamu sudah tahu bahwa Kraton Jogja, Tugu Jogja, Malioboro serta Gunung Merapi berada pada satu garis lurus imajiner. Jika ditarik lebih panjang lagi, garis ini akan sampai di Pantai Parangkusumo. Sedangkan lokasi kraton sendiri berada di tengah-tengah antara Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo. Pemilihan lokasi kraton tersebut bukan tanpa dasar. Posisi kraton yang berada di tengah-tengah merupakan simbol dari keseimbangan: keseimbangan vertikal dan keseimbangan horisontal.

Gapura selamat datang di Taman Nasional Gunung Merapi

Gapura selamat datang di Taman Nasional Gunung Merapi

Keseimbangan vertikal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan disimbolkan dengan Gunung Merapi sedangkan keseimbangan horisontal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia disimbolkan dengan Pantai Parangkusumo. Keseimbangan lain yang juga disimbolkan dengan posisi kraton adalah keseimbangan antara air dan api. Air disimbolkan melalui Pantai Parangkusumo sedangkan api disimbolkan melalui Gunung Merapi.

10. Bisa dijadikan patokan saat tersesat di Jogja

Beberapa orang mengalami kesulitan untuk menentukan mana utara mana selatan ketika berada di tempat yang asing. Jika kamu mengalami hal yang sama ketika sedang jalan-jalan ke Jogja, kamu bisa mengandalkan Gunung Merapi sebagai kompas alami. Lokasi gunung ini berada di ujung utara propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.