Pengetahuan saya soal Magelang sangatlah standard. Seperti kebanyakan orang, yang saya tahu tentang Magelang paling cuma Candi Borobudur dan nasi goreng Magelangan (yang juga sering disebut nasi goreng mawut).

Magelang adalah daerah yang menarik karna dikelilingi oleh pegunungan sehingga udaranya cenderung sejuk. Secara sepintas, Magelang mengingatkan saya dengan Salatiga, kota kelahiran ibu saya.

Hari Jum’at lalu (9/12/2016), saya berkesempatan untuk mengenal Magelang lebih jauh melalui acara Festival Tidar 2016 yang diadakan oleh Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudbar) Kota Magelang. Festival ini berlangsung selama tiga hari pada tanggal 9 hingga 11 Desember 2016. Saya berkesempatan menyaksikan festival ini selama dua hari yakni tanggal 9 dan 10.

Kedatangan saya ke Magelang dalam rangka menyaksikan Festival Tidar 2016 adalah atas undangan dari Disporabudbar Kota Magelang. Kebetulan, pihak Disporabudbar mengajak beberapa travel blogger, fotografer sereta travel agent dari Jawa Tengah dan Jogja untuk ikut menggaungkan Festival Tidar. Dan saya termasuk orang yang beruntung mendapatkan undangan itu.

Mbak Duta Wisata Magelang yang menemani tour kami di hari ke-2

Mbak Duta Wisata Magelang yang menemani tour kami di hari ke-2

Menurut rundown yang saya terima, acara untuk para blogger, fotografer dan travel agent ini akan dimulai pada hari Jum’at pukul 2 siang hinggga Sabtu jam 1 siang. Acara pertamanya adalah berkunjung ke Gunung Tidar — sebuah gunung yang berada di tengah-tengah Kota Magelang – untuk menyaksikan ruwat gunung (sejenis kirap budaya). Sayangnya, saya tak bisa mengikuti acara pertama ini karna saya baru sampai di Magelang jam 3 sore. Bus yang saya tumpangi jalannya pelan sekali sehingga saya terlambat. Agak kecewa, sih. Tapi apa boleh buat. Lagipula, saya masih bisa mengikuti rangkaian acara selanjutnya. Untungnya saya sudah pernah ke Gunung Tidar. Kalau belum pasti saya akan nangis tujuh hari tujuh malam (kalau kata Bung Ahay).

Karna telambat, saya terpaksa menunggu di hotel. Untungnya, ada dua panitia yang masih tinggal. Meski datang terlambat, saya tetap diberlakukan dengan baik. Sesampainya di hotel saya diajak makan siang lalu diberi kunci kamar untuk istirahat sembari menunggu peserta yang lain.

20161210_063002

Saya mau sedikit cerita soal Hotel Safira, hotel tempat kami menginap. Hotel ini berada persis di depan Akademi Militer di Jl Gatot Subroto. Dari lorong serta beberapa tempat lain di hotel ini kita bisa menyaksikan sebuah gunung yang tadinya saya kira adalah Gunung Merbabu, ternyata bukan. Gunung ini adalah Gunung Sumbing. Gunung Sumbing benar-benar terlihat gagah dari sini. Setelah diajak berkeliling Kota Magelang keesokannya harinya, saya baru tahu kalau Gunung Sumbing ternyata memang terlihat begitu elegan dari banyak tempat di Kota Magelang. Termasuk dari Hotel Safira ini.

Sekitar jam 18.30, peserta dikumpulkan di sebuah ruangan hotel untuk makan malam sembari menyiapkan diri untuk menyaksikan wayang kulit di alun-alun. Acara makan malam ini semakin asyik karna diiringi oleh hiburan musik. Di sesi ini, perwakilan dari Disporabudbar menyampaikan sambutannya kepada para peserta. Dari paparan singkat yang disampaikan, barulah saya ngeh kalau Magelang itu ternyata dibagi menjadi dua wilayah administratif yakni Kabupaten dan Kota. Kabupaten Magelang meliputi wilayah yang lebih luas, termasuk Candi Borobudur serta wilayah-wilayah pinggiran di lereng gunung Merbabu, Merapi dan Sumbing.

Makan malam

Makan malam

Sedangkan Kota Magelang wilayahnya lebih kecil karna hanya terdiri dari tiga kecamatan saja. Gunung Tidar, yang menjadi inspirasi nama festival, berada di wilayah Kota Magelang.

Di sesi makan malam inilah saya bertemu dengan teman-teman baru para travel blogger, fotografer serta travel agent. Rasanya senang sekali bisa bertemu dengan orang-orang dengan minat yang sama. Saya jadi bisa belajar dari mereka serta menambah wawasan baru.

Tak dinyana, di acara ini saya bertemu dengan senior saya sewaktu kuliah dulu, Mas Aji Sukma (lagilibur.com). Tadinya saya agak ragu. Setelah saling sapa dan yakin kalau dia adalah senior saya (kebetulam kami satu meja), barulah kami mulai ngobrol singkat soal masa kuliah dulu. Kalau tidak salah ingat, kami sempat satu kelas dalam beberapa mata kuliah.

20161209_200935

Sekitar jam 8 malam kami sudah tiba di alun-alun untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit. Alun-alun Kota Magelang terlihat sangat ramai malam itu. Ternyata, banyak juga masyarakat umum yang datang untuk menyaksikan wayang. Pertanda kebudayaan lokal masih sangat dihargai. Kami sendiri tak menyaksikan wayang sampai selesai. Jam 10 malam kami sudah diajak kembali ke hotel untuk istirahat karna besok masih ada beberapa agenda.

Acara hari kedua diawali dengan sarapan pagi. Setelahnya, kami akan diajak berkunjung ke Taman Kyai Langgeng (salah satu tempat wisata unggulan di Kota Magelang), menyaksikan pertunjukan seni di alun-alun (lagi), serta berkunjung ke pabrik Gethuk Marem.

Taman Kyai Langgeng merupakan sebuah taman wisata yang di dalamnya terdapat berbagai wahana seperti bianglala, komedi putar serta beberapa permainan sejenis yang biasa kita temukan di taman hiburan. Di kompleks ini juga terdapat kebun binatang mini, delta Sungai Progo serta makam yang katanya adalah makam dari Kyai Langgeng. Kompleks taman ini sangat luas. Kalau ingin mengeksplor seluruh spot, sepertinya kaki bisa gempor. Untungnya, kami diantar oleh mobil yang telah didesign khusus untuk berkeliling taman.

Gunung Sumbing dari Taman Kyai Langgeng

Gunung Sumbing dari Taman Kyai Langgeng

Spot yang paling saya suka di taman ini adalah delta Sungai Progo karna dari tempat ini kita bisa menyaksikan kecantikan Gununung Sumbing. Sayangnya, belum ada fasilitas khusus (semacam gardu pandang) yang bisa kita gunakan untuk menyaksikan pemandangan Gunung Sumbing secara lebih leluasa. Kabar baiknya, di tempat ini (seperti yang disampaikan oleh manager taman yang menemani kami) akan dibangun gardu pandang serta wahaya flying fox yang memungkinkan pengunjung untuk “terbang” ke delta Sungai Progo. Semoga cepat diwujudkan.

Dari Taman Kyai Langgeng, kita dibawa kembali ke alun-alun untuk menyaksikan beberapa pertunjukan seni. Pagi itu, di alun-alun Kota Magelang ada dua panggung pertunjukan yang semuanya merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Tidar. Selain panggung seni, ada juga panggung akustik. Saya sendiri lebih nyaman menyaksikan pertunjukan akustik.

Pasukan Joget di pertunjukan pentas seni

Pasukan Joget di pertunjukan pentas seni

Kami tak lama berada di alun-alun, hanya sekitar setengah jam. Setelahnya, kami dibawa ke pabrik Gethuk Marem — salah satu oleh-oleh khas Magelang – untuk melihat proses pembuatan gethuk. To be honest, saya baru tahu kalau di Magelang ada yang namanya Gethuk Marem. Padahal, (katanya) gethuk ini sudah legend banget.

Tak ada syarat khusus untuk masuk ke pabrik gethuk, bahkan untuk ke ruang produksi. Di ruang produksi, kami menyaksikan beberapa pekerja sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang sedang memasak singkong sebagai bahan dasar gethuk, ada yang sedang menggiling singkong dengan mesin penggiling khusus, ada juga yang sedang memotong adonan gethuk menjadi potongan-potongan kecil siap saji.

Tentu saja, di pabrik Gethuk Marem – yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI ini – kita juga diberi kesempatan untuk mencicipi gethuk secara gratis. Saya mencoba beberapa potong. Gethuk Marem ini ternyata rasanya lebih mirip dodol. Teksturnya pun juga sama, yakni sangat lembut dan sedikit kenyal. Jika sebelumnya tidak diberi informasi bahwa yang kami kunjungi adalah pabrik gethuk, mungkin saya akan bilang “ini dodolnya kok enak, ya”. Serius.

Jam 12 siang kami sudah kembali ke hotel untuk siap-siap check out. Sebelum pulang, kami terlebih dulu diajak makan siang di Hotel Artos, salah satu hotel berbintang 5 di Magelang (eh bintang 5 atau 4 ya?). Kami juga sempat diajak melihat-lihat beberapa kamar tipe deluxe hingga presindential. Dari beberapa spot di hotel ini, Kota Magelang benar-benar terlihat cantik dengan gunung-gunung yang mengelilinginya.

Saya sangat senang bisa ambil bagian dalam Festival Tidar 2016. Selain bisa mengenal lebih jauh Kota Magelang yang berhawah sejuk dan pensiunable, event ini juga memungkinkan saya untuk bertemu dengan teman-teman baru sesama travel blogger dan fotografer.