Salah satu hal yang membuat Indonesia semakin indah adalah keragaman budaya. Hampir semua daerah di Indonsia punya budayanya masing-masing. Kebudayaan serta kearifan lokal tersebut membuat negeri ini menjadi semakin berwarna

Salah satu kepingan warna indah Indonesia akan kita jumpai di Desa Wae Rebo yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo merupakan sebuah desa adat yang berada di atas gunung. Desa ini akan semakin menunjukkan kepada kita semua bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta

Wae Rebo merupakan salah satu desa adat di Indonesia yang mana masyarakatnya hidup dengan sangat sederhana dengan memanfaatkan kekayaan alam. Mereka juga memegang teguh budaya yang telah diwariskan dari nenek moyang. Yang membedakan Wae Rebo dengan desa adat-desa adat lain di Indonesia adalah perihal lokasi. Wae Rebo merupakan sebuah desa yang lokasinya berada di atas gunung, sekitar 1.200 mdpl. Satu-satunya cara untuk menuju desa ini adalah berjalan kaki melewati lembah dan bukit. Desa ini benar-benar sangat terpencil. Suasananya persis seperti Desa Berk dalam film How To Train Your Dragon. Bedanya, di desa ini tidak ada naga serta lokasinya yang tidak berada di tepi laut melainkan di sebuah gunung

Warga Wae Rebo adalah masyarakat agraris yang sangat bergantung pada alam. Semua proses kehidupan di Wae Rebo dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin. Dalam beberapa waktu terakhir nama Wae Rebo semakin dikenal oleh banyak orang. Tidak cuma di negara kita namun juga turis asing. Yang menjadi daya tarik utama Wae Rebo adalah keberadaan rumah tradisional yang disebut Mbaru Niang. Mbaru Niang merupakan sebuah rumah tradisional beratapkan daun ijuk kering. Rumah ini unik karna berbentuk kerucut

Warga Wae Rebo adalah orang-orang yang ramah dan terbuka terhadap pengunjung. Salah satu bukti keramah-tamahan itu diperlihatkan dengan sebuah acara sambutan yang disebut dengan Pa’u Wae Lu’u. Melalui ritual sambutan ini, Warga Wae Rebo seakan ingin menunjukkan betapa mereka sangat welcome terhadap para pengunjung. Bahkan mereka menggap bahwa tamu atau wistawan yang datang adalah saudara yang datang dari jauh yang sedang pulang kampung

wae rebo2

Foto: http://dutawisatatours.com/

Seperti desa adat pada umumnya, Wae Rebo dipimpian oleh seorang ketua adat. Saat ini, warga yang hidup di Wae Rebo sudah memasuki generasi yang ke-19 dimana masing-masing generasi setara dengan 60 tahun. Jadi, Wae Rebo ini sudah ada sekitar 1.140 tahun yang lalu. Meski sudah sangat lama, Wae Rebo tetaplah Wae Rebo yang masih memegang teguh budaya dari nenek moyang

Pesona Wae Rebo berhasil memikat banyak turis. Dalam satu tahun, ada lebih dari seribu wisatawan baik lokal maupun manca negara yang datang ke Wae Rebo. Pada tahun 2012, Wae Rebo mendapatkan penghargaan Award of Excellence pada sebuah acara yang diadakan oleh UNESCO Asia Pasifik di Thailand

 

Wae Rebo dan Mbaru Niang

Yang menjadi daya tarik utama Wae Rebo adalah rumah adat berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang. Mbaru Niang sendiri sebenarnya merupakan rumah adat yang berada di Flores. Namun, rumah adat itu kini hanya bisa ditemui di Wae Rebo. Mbaru Niang merupakan rumah tempat tinggal yang memiliki banyak sekali fungsi. Rumah ini terdiri atas 5 tingkat dimana masing-masing tingkat memiliki fungsi yang lebih spesifik. Tinggi rumah ini sekitar 15 meter

  • Tingkat 1: Disebut Lutur. Merupakan tempat tinggal para penghuni rumah
  • Tingkat 2: Disebut Lobo. Berfungsi untuk menyimpan barang dan bahan makanan
  • Tingkat 3: Disebut Lentar. Berfungsi untuk menyimpan benih tanaman
  • Tingkat 4: Disebut Lempa Rae. Berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan untuk berjaga-jaga jika terjadi gagal panen
  • Tingkat 5: Disebut Hekang Kode. Berfungsi untuk meletakkan sesajen untuk para leluhur

Di Wae Rebo hanya ada 7 buah Mbaru Niang. Tidak boleh ditambah dan dikurangi. Satu Mbaru Niang bisa ditempati oleh 6 hingga 8 keluarga. Bentuk Mbaru Niang yang cukup luas dan melingkar membuat tempat ini bisa menampung banyak orang

bule we rebo

Foto: DetikTravel

Seiring berjalalannya waktu, jumlah warga yang ada di Wae Rebo juga semakin bertambah. Itu kemudian menimbulkan sebuah permasalahan terkait tempat tinggal karna jumlah Mbaru Niang yang ada Wae Rebo tidak bisa ditambah. Untuk menyelesaikan masalah ini warga Wae Rebo membuat sebuah peraturan agar sebagian warga tinggal di desa sekitar. Salah satu desa yang ditinggali oleh warga Wae Rebo adalah Desa Kombo. Desa ini juga merupakan desa dimana anak-anak Wae Rebo menuntut ilmu pendidikan. Desa ini menjadi semacam Wae Rebo ke-2

 

Bagaimana ke Wae Rebo?

Butuh perjuangan untuk bisa sampai ke Wae Rebo. Lokasi Wae Rebo secara administratif berada di kecamatan Satarmese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Perjalanan ke sana bisa dimulai dari Ruteng yang merupakan ibukota kabupaten Manggarai. Perjalanan akan menuju ke Desa Dintor atau Denge. Keduanya merupakan desa terakhir yang menjadi tempat transit dan beristirahat calon pengunjung Wae Rebo. Perjalanan dari Ruteng ke Dintor membutuhkan waktu berjam-jam. Mungkin bisa sampai 9 jam. Perjalanan ke Wae Rebo akan dimulai dari Desa Denge dengan menempuh jarak sekitar 9 km. Perjalanan ke Wae Rebo tak jauh beda dengan perjalanan ke puncak gunung. Menaiki dan menuruni lembah. Jika kamu hobi naik gunung, perjalanan ke Wae Rebo tak akan terlalu memberatkan. Untuk kamu yang tidak suka naik gunung dan jarang jalan kaki, persiapkanlah fisik yang prima sebelum trekking ke Wae Rebo

Jika kamu ingin menikmati waktu lebih lama di Dintor, disana ada beberapa penginapan. Di Dintor, kita akan disuguhi oleh pemandangan alam persawahan yang sangat elegan

 

Informasi terkait Wae Rebo

Meski sangat welcome terhadap para pengunjung, tetap ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum berkunjung ke Wae Rebo. Ada beberapa hal yang tidak diperkenankan di Wae Rebo antara lain mengenakan pakaian yang terlalu terbuka serta bermesraan dengan pasangan. Sebagai pengunjung, kita tentu juga harus menghargai budaya yang dipegang teguh oleh warga Wae Rebo. Kita perlu menjaga sikap

Di Wae Rebo saat ini sedang dikembangkan sebuah taman bacaan, jadi akan lebih indah kalau kamu datang ke sana dengan membawa buku bacaan untuk anak-anak di Wae Rebo

Featured image