Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik, “orang-orang itu kalau naik gunung biasanya pada ngapain sih?”. Pertanyaan ini biasanya dilontarkan oleh mereka yang belum merasakan bagaimana seru dan nagihnya mendaki gunung

Pertanyaan itu sebenarnya tidak butuh jawaban. Sama halnya ketika kita bertanya kepada seseorang yang memelihara ular. Buat apa sih memelihara ular? Ular kan serem? Ular kan nggigit? Ular kan…

Sama seperti memelihara ular, mendaki gunung adalah sebuah hobi. Dan hobi adalah salah satu cara seseorang untuk menghabiskan waktu diluar jam produktif. Seseorang biasanya akan benar-benar merasakan serunya hidup saat sedang melaksanakan hobi. Sebenarnya, seseorang yang mendaki gunung punya alasan sendiri-sendiri. Ada yang memang menjadikan naik gunung sebagai hobi, ada yang karna ingin mengikuti trend, ada pula yang karna urusan pekerjaan (misalnya fotografer)

Alam pegunungan adalah tempat yang sangat tepat untuk menikmati hidup dan menyelami diri sendiri. Suasana yang natural, suara alam, kabut. Semuanya adalah kombinasi ideal yang akan membuat pikiran kita menjadi nyaman dan damai. Untuk kamu yang belum pernah mendaki gunung, cobalah sesekali merasakan bagaimana serunya naik gunung. Minimal sekali seumur hidup. Agar kamu tahu betapa luasnya alam semesta dan kuasa Sang Maha Kuasa

Anak-anak muda selalu punya caranya sendiri untuk menikmati suasana alam pegunungan

 

Main gitar

A photo posted by Renol oktora (@renoloktora) on

Salah satu cara paling seru untuk menikmati alam pegunungan adalah bermain gitar. Sesumbang apapun suara yang dihasilkan, kedengarannya akant tetap merdu di telinga kita sendiri. Rasanya kita telah menjadi musisi paling canggih sedunia. Tapi, sebelum memutuskan untuk membawa gitar, cari tahu dulu apakah gunung yang akan kamu tuju memperbolehkan pendaki untuk membawa gitar. Karna ada beberapa gunung yang melarang para pendakinya membawa gitar. Salah satu contohnya adalah Gunung Semeru. Dan pastikan juga bahwa kamu tidak kerepotan dengan gitar yang kamu bawa karna bagaimanapun, mendaki gunung adalah perjalanan yang tidak biasa. Butuh persiapan fisik dan mental. Kecuali kalau kamu hanya akan camping ceria di bumi perkemahan di kawasan pegunungan

 

Bikin puisi

Suasana di gunung (terutama pagi) itu melankolis sekali. Ada kabut tipis yang mencumbu pucuk-pucuk daun, embun pagi yang membelai rerumputan, dan binar sunrise yang menentramkan. Ketika menikmati udara pagi di gunung, rasanya kita ingin menjadi seorang pujangga. Membuat kata-kata indah dalam puisi. Su Hok Gie pernah membuat puisi seindah ini ketika mendaki Gunung Pangrango di Jawa Barat

Mandalawangi-Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu

Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
Dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan

Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah”

Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu

Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

 

Ngopi-ngopi centil

Di perkotaan memang ada tempat-tempat nongkrong dimana kita bisa menikmati secangkir kopi sambil ngobrol bersama teman, rekan bisnis atau siapapun. Tapi, tak ada tempat minum kopi sesyahdu dan seromantis seperti gunung. Menikmati secangkir kopi di gunung menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri yang rasanya sulit untuk diungkapkan. Walau kelihannya sangat sepele — hanya minum kopi — tapi itulah salah satu momen yang akan membuat kita rindu pada masa-masa ketika kita mendaki gunung. Dan rasanya ingin mendaki lagi. Menikmati momen yang sama

 

Main kartu

Kalau kita mendaki gunung rame-rame bersama teman. Salah satu kegiatan seru yang bisa kita lakukan untuk membunuh waktu adalah dengan bermain kartu. Kegiatan ini juga bisa mengakrabkan satu sama lain. Kadang, teman mendaki adalah seseorang yang baru kita temui hari itu juga. So, bermain kartu sambil ngobrol-ngobrol santai bisa menjadi momen untuk lebih mengakrabkan diri dengan teman baru kita

 

Reboisasi dan bersih-bersih

 

Belakangan, banyak pendaki yang komplain perihal kondisi di beberapa gunung yang mulai kotor dan dipenuhi coretan vandal. Sampah berserakan di jalur pendakian. Sampah yang ada di gunung adalah ulah dari para pendaki bermental tempe dan sama sekali tidak bertanggung jawab yang ujung-ujungnya merepotkan orang lain (untuk membersihkan)

Sebagai seseorang yang mengaku mencintai alam, kita tentu tidak ingin melihat kondisi gunung yang seperti itu (kotor). Kalau ada waktu, joinlah ke acara-acara bersih gunung atau penanaman bibit pohon. Beberapa komunitas pencita alam (yang benar) biasanya sering mengadakan kegiatan tersebut. Salah satu komunitas yang sangat peduli dengan sampah di gunung adalah Trash Bag Community

 

Berkontemplasi

Berkontemplasi. Merenung. Adalah salah satu kegiatan yang bisa kita lakukan saat mendaki gunung. Mungkin kita hanya diam. Menikmati pemandangan yang indah, menatap langit yang biru, melihat canda tawa para pendaki lain. Tapi, di dalam hati, kita bisa merasakan kebesaran Yang Maha Kuasa. Merengungi tentang bagaimana hebatnya Dia yang telah mengatur dan menciptakan segala yang ada di alam semesta.

Atau tentang kita. Tentang jalan hidup yang kita pilih. Tentang kesalahan di masa lalu dan harapan di masa depan. Mungkin juga tentang cinta