Di tahun 2013, gue pernah mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke provinsi penghasil cengkeh terbesar di Indonesia, Sulawesi Tengah, tepatnya di kota Toli-toli. Sebelum bisa tiba di kota tersebut, gue harus transit terlebih dulu di kota Palu. Ini pertama kalinya gue menginjak Sulawesi, excited bangeet.

Palu yang merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Tengah ini, memiliki lima dimensi, terdiri dari, lembah, lautan, pengunungan, teluk dan sungai. Di tahun 1970an, daerah ini masih penuh dengan kawasan hijau, tapi pada tahun 1980-1990an, terjadi arus transmigrasi besar-besaran yang menyebabkan berkurangnya lahan hijau dan beragamnya masyarakat disana. Gue makin gak sabar lagi buat berangkat. I’m ready!

Untuk sampai di Palu, hanya ada 2 maskapai yang memiliki penerbangan langsung Jakarta-Palu, tanpa transit, yang bisa di pilih sesuai budget perjalanan lo. Perjalanan dari JKT-Palu kurang lebih di tempuh selama 2 jam 45 menit.

Setibanya di bandar udara Palu, Mutiata Sis Al-Jufrie, yang dulu masih bernama bandara Mutiara, gue di suguhkan dengan pemandangan indah saat turun dari pesawat. Sebuah gunung yang gak tau namanya apa besar terhampar ciamik disertai hembusan angin sejuk yang bikin gue langsung jatuh cinta dengan kota Palu.

Bandara Mutiara, Palu (Source: tribunnews.com)

Bandara Mutiara, Palu (Source: tribunnews.com)

Di tahun 2014, bandara ini mengalami renovasi secara besar-besaran dan resmi berganti nama. Nama Sis Al-Jufrie, yang akrab disapa Guru Tua, di pilih karena merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam dan dianggap menjadi pahlawan Palu. Sampai saat ini, bandara di Palu masih dalam renovasi, walaupun sudah kembali beroperasi, dan masih menjadi kontroversi.

Bandara Mutiara Sis A-Jufrie, Palu (Source: skyscrapecity.com)

Bandara Mutiara Sis A-Jufrie, Palu (Source: skyscrapecity.com)

Terus apa yang bisa lo lakuin di Palu?

1. Icip-icip Kaledo.

Kaledo adalah kuliner khas dari kota Palu, merupakan singkatan dari “kaki lembu donggala”. Terdiri dari potongan kaki lembu atau kaki sapi yang di masak beserta tulang-tulangnya lalu di masak sampai empuk dengan bumbu yang kuat seperti asam jawa, cabe rawit, dan garam. Biasanya makanan ini disajikan singkong dengan rebus. Mayoritas warga Palu ini penggemar makanan pedas, pas gue coba pertama kali, rasanya ciamik banget, ada segernya, ada gurihnya, ada asemnya, dan pedesnya gak tahan. Biasanya gue akan menyerah begitu melihat sambal yang tersebar dimana-mana, tapi saat itu gue kalahkan semua pantangan, dan berakhir di kamar mandi. Hahahaha.

Kaledo (Source: tokomesin.com)

Kaledo (Source: tokomesin.com)

2. Menikmati Malam di Jembatan Palu VI

Ngomongin jembatan, tenang, ini gak seperti jembatan yang ada di depan Kalibata Mall atau jembatan Barelang di Batam saat malam hari (silakan googling sendiri penampakannya). Jembatan ini merupakan landmark dari kota Palu yang terbentang di atas Teluk Talise dan di resmikan pada tahun 2006 oleh SBY. Nah yang kerennya lagi, ini adalah jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Perancis.Wow!

Jembatan Palu VI Saat Malam (Source: palu-nusantara.blogspot.com)

Jembatan Palu VI Saat Malam (Source: palu-nusantara.blogspot.com)

Di pinggir Pantai Talise, banyak warung-warung tenda yang bertengger rapih menjajakan makanan atau minuman sambil menikmati semilir angin malam di temani dengan keindahan kerlip cahaya dari jembatan ini. Gue pun berkesempatan mencicipi snack khas, pisang epe.

Makanan ini berbahan dasar tentunya pisang yang dipenyet dengan menggunakan dua lempengan besi panas sambil di bakar. Setelah pipih, pisang ini dibaluri oleh campuran gula aren dan santan, serta diberi topping coklat, susu, keju, vanila, dan lainnya di bagian atasnya sesuai selera lo. Untuk satu porsi pisang epe, dihargai sekitar 20 ribuan. Pas gue pesen, gue kira mirip kayak di Jakarta dengan porsi seiprit, ternyata seporsinya bisa dimakan sampe untuk 3 orang. Rasanya manis banget, apalagi topping yang gue pilih coklat dan keju, tapi mengenyangkan bagi gue yang saat itu memilih untuk tidak makan malam. Makanan ini bisa lo temukan juga di Makassar.

Pisang Epe (Source: resepmakanankreatif.com)

Pisang Epe (Source: resepmakanankreatif.com)

 

3. Paralayang di Gunung Wayu Matantimali

Gunung Wayu Matantimali adalah satu dari lima titik untuk bermain extreme sport, paralayang. Palu memiliki daerah pegunungan dan hembusan angin yang kencang, maka tak salah jika di kota ini berkembang olahraga ini. Paralayang mulai di perkenalkan di Palu sejak tahun 1999an.

View Dari Gunung Wayu Matantimali, Palu (Source: twitter @kompasTV)

View Dari Gunung Wayu Matantimali, Palu (Source: twitter @kompasTV)

Spot yang terletak sekitar 2 km dari Desa Wayu, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi atau sekitar 30 km arah selatan Kota Palu. Matantimali di gadang menjadi tempat terbaik di dunia untuk paralayang, juga sering dijadikan venue penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON). Lokasi take off-nya dilakukan dari sebuah bukit yang menghadap ke laut ke arah timur (tenggara), pada ketinggian 1100 m di atas permukaan laut.

Nah, setelah lo selesai main paralayang disini, lo juga harus nyobain kuliner khas dari Matantimali, yaitu sogili, berisi belut air tawar raksasa yang diolah khas Matantimali. Penasaran?

Sogili (Source: telukpalu.com)

Sogili (Source: telukpalu.com)

 

4. Trekking di Gunung Gawalise

Gunung yang terletak di sebelah barat kota Palu ini, memiliki ketinggian 2.023 mdpl (6.637 kaki). Jalur pendakian ke Gunung ini di mulai dari kelurahan Silae, tepatnya dari lokasi Taman Ria atau di bibir pantai teluk Palu. Gunung ini dikatakan memiliki jalur yang ekstrim, karena gunung ini didaki mulai dari titik 0 mdpl. Buat lo yang suka tantangan, recomended banget buat dicoba.

Salah satu titik terfavorit pendaki di gunung ini adalah kawasan Batu Gantung. Disini lo bisa melihat secara keseluruhan Kota Palu dari atas bebatuan, sambil melepaskan lelah dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke puncak. Selain itu, lo bisa menikmati sunrise dari celah-celah pegunungan sebelah timur, serta bisa melihat puncak gunung Nokilalaki di bagian tenggara.

View Dari Batu Gantung, Gawalise (Source: twitter @PaluNatapa)

View Dari Batu Gantung, Gawalise (Source: twitter @PaluNatapa)

5. Blue Paradise Pantai Tanjung Karang Dan Keajaiban Pusat Laut Donggala

Pasir putih sepanjang mata memandang. Yap, itu berarti lo berada di pantai Tanjung Karang. Pantai eksotis yang di juluki “blue paradise” ini tidak hanya menyuguhkan panorama pantai yang indah, tapi terumbu karang dan ikan-ikan yang warna-warni, seperti clown fish dan kerapu. Ada pula ikan-ikan yang menjadi favorit pemancing, antara lain kakap, yellow fin tuna, baronang, dan masih banyak lagi. Kalo lo beruntung, lo bisa melihat sekumpulan lumba-lumba di sini.

Lokasinya kurang lebih 34 km ke arah timur laut dari kota Palu. Pantai ini terkenal sebagai surganya penyelam dan pencinta snorkeling. Panorama bawah lautnya pun gak kalah cantik. Hanya melangkah kurang lebih 3 m dari bibir pantai, para pencinta snorkeling bisa melihat berbagai koleksi terumbu karang yang masih alami.

Relief Pantai Tanjung Karang (Source: campursatu.blogspot.co.id)

Relief Pantai Tanjung Karang (Source: campursatu.blogspot.co.id)

Pasir Putih Tanjung Karang (Source: campursatu.blogspot.co.id)

Pasir Putih Tanjung Karang (Source: campursatu.blogspot.co.id)

Bawah Laut Pantai Tanjung Karang (Source: amithahirsch.wordpress.com)

Bawah Laut Pantai Tanjung Karang (Source: amithahirsch.wordpress.com)

Gak jauh dari bibir pantai ini, terdapat Pusat laut Donggala disinyalir hanya satu-satunya di dunia, berbentuk mirip sebuah sumur raksasa yang dikelilingi bebatuan besar berdiameter 10 m dan memiliki kedalaman 7 m. Warna airnya jernih kebiru-biruan walaupun udah banyak yang berenang disini. Konon ada di sebuah lubang yang menghubungkan antara pantai dan pusat laut ini, karena jaraknya yang dekat, sekitar 500 m dari bibir pantai. Hal ini juga membuat air di pusat laut ikut pasang ketika air laut surut. Pusat laut ini pernah menjadi primadona di tahun 2008 dan sempat mengalami pemugaran.

Pusat Laut Donggala (Source: stayhello.com)

Pusat Laut Donggala (Source: stayhello.com)

Jadi, udah siap untuk explore Palu?