Beberapa waktu lalu saat jalan-jalan ke Bali-Lombok bersama teman-teman dari Yukpiknik, kami sempat mampir ke Hutan Mangrove di Bali. Saya katakan mampir karna (tentu saja) hutan mangrove bukanlah tujuan utama kami.

Kunjungan ke Hutan Mangrove ini sebenarnya hanya untuk menghabiskan waktu saja. Kebetulan kami tiba di Pelabuhan Padang Bai (dari Lombok) sekitar jam 7 pagi. Perjalanan dari pelabuhan ke Denpasar membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sambil menunggu waktu sholat Jumat, kami memutuskan untuk mampir ke hutan mangrove sekalian cari sarapan di sana. Kata Mas Fery (teman yang menemani perjalanan kami di Bali) di kawasan hutan mangrove ada warung yang menjual nasi serta mie rebus. Jadilah pagi itu kami ke hutan mangrove.

Hutan Mangrove Bali sendiri lokasinya sangat mudah diakses, berada di jalan by pass bandara Ngurah Rai. Hal itu jugalah yang menjadi alasan kami ke sana.

mangrove-bali-3

Sebagaimana hutan mangrove pada umumnya, hutan mangrove di Bali ini juga memiliki fungsi utama sebagai pencegah abrasi. Melihat potensinya sebagai tempat wisata, dinas terkait di Bali memutuskan untuk mengembangkan tempat ini sebagai destinasi wisata. Salah satunya adalah dengan membangun track kayu di atas rawa yang memungkinkan pengunjung untuk trekking sambil menikmati suasana pesisir hutan mangrove. Fasilitas semacam ini merupakan hal lumrah di setiap hutan mangrove.

Panjang track di hutan mangrove Bali sendiri kalau ditotal sekitar 2 km. Rutenya memutar. Artinya, awal track juga nenjadi akhir track. Di beberapa titik ada tempat di mana pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati suasana hutan mangrove, termasuk sebuah gardu pandang di mana kita bisa menikmati pemandangan hutan mangrove dari ketinggian.

mangrove-bali-4

Setelah menikmati menu sarapan di salah satu warung, kami memulai aktivitas trekking. Tentunya dengan lebih dulu membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 untuk masing-masing orang.

Sambil jalan, Mas Fery yang merupakan orang asli Bali menceritakan beberapa pengalamannya saat mengantarkan teman-temannya ke tempat yang sama. Termasuk ketika mengantarkan salah satu teman fotografernya untuk sesi foto pre-wed. Kata Mas Fery, hampir setiap hari hutan mangrove ini dijadikan latar belakang foto pre-wed. Kebetulan saja waktu itu tidak ada pasangan yang melangsungkan foto pre-wed.

mangrove-bali-2

Pagi menjelang siang hari itu, cuaca di kawasan hutan mangrove terasa panas sekali. Wajar sih, mana ada kawasan pesisir yang tak panas. Kaos saya sampai basah oleh keringat meski sudah memakai kaos dalam. Untungnya, kami dilindungi oleh pohon-pohon mangrove di sepanjang track sehingga meskipun panasnya ga ketulungan, kami tetap bisa menikmati suasana.

Di tengah-tengah cuaca yang panas, desiran angin pesisir menjadi sebuah anugrah. Kami masih bisa ngobrol santai sambil ketawa-ketiwi. Saat hari mendekati Dhuhur, kami memutuskan untuk menyudahi kunjungan di hutan mangrove untuk menuju Masjid Agung Sudirman di Denpasar. Meskipun bukan merupakan tempat wisata unggulan di Bali, hutan mangrove merupakan salah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi, terutama untuk sekedar killing time.