Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita harus mengakui bahwa traveling kini telah menjadi bagian gaya hidup generasi millennial dan gen Z. Momen masa muda yang tak akan selamanya benar-benar dimanfaatkan oleh mereka untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya

Namun, ada satu hal yang mungkin tidak kita sadari bahwa terlalu sering traveling tanpa tujuan yang jelas juga bukan hal yang baik. Kesannya malah hedon. Terus gimana dong?

Sebenarnya, traveling adalah salah satu bentuk pembelajaran terhadap karakter mental dan kepekaan terhadap lingkungan. Tinggal bagaimana kita mengemasnya. Kalau mau diniatkan, traveling juga bisa kita jadikan sebagai investasi untuk masa depan. Maksudnya bagaimana?

Banyak yang menjadikan traveling sebagai media observasi untuk mengumpulkan cerita. Di kemudian hari, ada dari mereka yang menuangkannya kedalam sebuah buku yang kemudian memberikan efek finansial terhadap mereka. Contohnya adalah Trinity (The Naked Traveler), Windy Ariestanty (Life Traveler) serta Agustinus Wibowo (Titik Nol, Selimut Debu, Garis Batas). Atau setidaknya, dengan memiliki pengalaman traveling yang banyak, kita akan punya banyak bahan cerita untuk diceritakan kepada anak cucu nanti

Ada juga yang menggabungkan traveling dengan kegiatan sosial dan membungkusnya sedemikian rupa dalam bentuk voluntourism. Sambil jalan-jalan, sambil melakukan kegiatan sosial

Masih banyak lagi sebenarnya cara yang bisa kita lakukan untuk menjadikan kegiatan jalan-jalan agar lebih memiliki manfaat. Tidak cuma untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Berikut ini adalah beberapa diantaranya

 

1. Menjadikannya sebagai bagian dari profesi

Kalau kita mau membuka mata, traveling juga bisa kita jadikan sebagai bagian dari profesi sehingga kita akan mendapatkan dua hal sekaligus. Kesenangan dan materi pekerjaan. Sambil menyelam minum air. Contoh profesi yang berhubungan dengan traveling adalah fotografer. Di Indonesia, ada om Don Hasman yang bisa kita jadikan contoh

Bayangkan seandainya para fotografer National Geographic hanya tinggal di satu kota/negara. Mustahil kita akan mendapatkan foto-foto alam liar nan mempesona khas National Geographic. Di era internet yang semua serba terkoneksi, semakin banyak peluang yang bisa kita ambil. Travel blogger, misalnya. Semua pasti setuju bahwa memilih pekerjaan yang sesuai dengan passion akan memberikan efek yang baik bagi emosi. Hasil pekerjaan juga lebih tulus karna tak ada paksaan dalam mengerjakannya

 

2. Ikut voluntourism

Voluntourism merupakan gabungan dari kegiatan sosial (volunteering) dan wisata (tourism). Konsep ini menggabungkan kegiatan traveling dan kegiatan sosial sehingga kita akan memberikan manfaat ganda: untuk diri sendiri dan orang lain. Kegiatan sosial yang umum dilalukan dalam konsep ini adalah menjadi pengajar sukarela di sekolah-sekolah di daerah-daerah tertinggal. Teman-teman dari Traveller Kaskus adalah salah satu contoh komunitas yang concern mengkampanyekan konsep voluntourism

 

3. Mencoba sesuatu yang lokal

Saat traveling ke suatu daerah tertentu, sebaiknya kita mencoba sesuatu yang lokal. Misalnya makanan lokal atau membeli cindera mata yang dibuat oleh masyarakat setempat. Manfaatnya apa?

Dengan membeli sesuatu yang dijual oleh warga lokal, kita telah membantu perputaran ekonomi di daerah tersebut. Mungkin efeknya tidak terlalu besar. Tapi, bukankah sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang kecil?

 

4. Menggunakan jasa pemandu lokal

Cara lain untuk membantu perekonomian di daerah yang kita kunjungi adalah dengan menyewa jasa pemandu lokal. Selain bisa membantu perekonomian, mereka biasanya juga lebih tahu seluk beluk tempat yang kita kunjungi sehingga kita akan belajar lebih banyak dan detil tentang latar belakang sebuah tempat yang kita kunjungi

 

5. Niatkahlah sebagai sebagai media belajar dan investasi

Sekali lagi, traveling merupakan salah satu cara yang bisa kita ambil untuk belajar memahami karakter diri serta kepekaan terhadap lingkungan. Traveling juga akan membuat pikiran kita lebih terbuka serta melihat hal-hal yang baru. Kaitannya dengan masa depan, traveling juga bisa kita jadi jadikan sebagai bahan investasi. Bukan investasi uang namun investasi cerita 🙂

 

6. Menjaga sikap dan perilaku

Salah satu penyakit utama traveler Indonesia (dan juga dari beberapa negara lain) adalah sikap iseng yang kelewat batas. Contoh yang paling baru adalah Andrej Ciesielski yang dilarang mengunjungi Mesir seumur hidup karna sikap isengnya memanjat Piramida Giza sampai ke puncak

Di Indonesia, sikap iseng biasanya dilakukan dengan melakukan aksi-aksi vandal yang membuat pemandangan menjadi tidak indah. Apalagi kalau aksi vandal tersebut dilakukan di tempat-tempat yang dilindungi (kawasan konservasi). Sangat tidak elegan. Dengan menahan diri untuk tidak melakukan aksi vandal (atau kegiatan negatif lain), secara tidak langsung kita telah membantu pemerintah untuk menjaga aset bersejarah. Atau setidaknya, membantu menjaga kelestarian dan keasrian lingkungan

 

Featured image